"Ramalan kiamat itu didasari kalender hitungan panjang suku Maya yang
oleh antropolog pun sudah ditepis. Dari sisi astronomi juga tidak
ilmiah," kata Deputi Sains, Pengkajian, dan Informasi Kedirgantaraan
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional itu di Jakarta, Minggu.
Ia juga membantah jika ramalan kiamat tersebut terkait dengan hasil
riset NASA bahwa semua planet termasuk matahari dan bumi saat itu berada
sejajar membentuk sebuah garis lurus untuk pertama kalinya, dan
menyebabkan bumi tertutup planet hingga terjadi kegelapan total pada
23-25 Desember 2012.
"Berita `blackout` itu bohong. Tidak ada konfigurasi segarisnya
planet dan tidak mungkin matahari terhalangi penuh, sehingga bumi gelap.
Info yang menyebut NASA juga bohong," tukasnya.
Satu-satunya keterkaitan astronomi dengan kiamat 2012 itu yang benar
adalah soal puncak aktivitas matahari pada 2012, di mana medan magnet
matahari mencapai suatu tingkat kompleksitas magnetik terlalu tinggi,
sehingga melepaskan energi.
"Tapi itupun telah bergeser ke pertengahan 2013," ujarnya.
Sekarang ini, lanjut dia, intensitas badai matahari masih rendah,
dengan rata-rata sekali dalam sebulan, tapi semakin lama akan semakin
sering di mana pada Mei 2013, dalam sehari bisa terjadi beberapa kali
badai matahari.
Namun, ujarnya, badai matahari tidak berpengaruh pada manusia di
bumi, karena bumi memiliki lapisan magnetik (magnetosir) yang melindungi
bumi dari partikel berenergi tinggi dengan membelokkannya ke kutub,
yang muncul sebagai fenomena aurora.
Radiasi Sinar X dan Ultra Violet dari matahari juga difilter oleh
atmosfer bumi yang mengandung lapisan ozon, sehingga tak berpengaruh
apapun pada bumi, papatnya.
"Dua hari lalu terjadi badai matahari, tapi kita sudah lihat tidak berpengaruh apapun kepada bumi," ucapnya.
0 comments:
Post a Comment